Teks Khutbah Jumat 12 April 2024, Idul Fitri Jadi Hari Raya Fitrah, Takwa, dan Kemanusiaan

- 12 April 2024, 06:01 WIB
Ilustrasi Sholat Jumat
Ilustrasi Sholat Jumat /layarberita/fachrul reza

Di balik kemeriahan Idul Fitri, terdapat makna dan hakikat yang mendalam, erat kaitannya dengan ajaran dasar Islam. Bagi kaum beriman, Idul Fitri bukan sekadar perayaan, melainkan peristiwa sentral yang sarat makna.  

Ibnu Rajab al-Hanbali, dalam kitab Lataif al-Ma'arif, halaman 277 mengatakan bahwa makna Idul Fitri bukan hanya tentang memakai baju baru, melainkan tentang meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT. Idul Fitri yang sesungguhnya bukan tentang berhias diri dengan pakaian dan kendaraan baru, melainkan tentang mendapatkan ampunan dosa dari Allah SWT.

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدِ اِنَّـمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَتُهُ تَزِيْدُ وَلَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ تَجَمَّلَ بِاللِبَاسِ وَالْمَرْكُوْبِ اِنَّـمَا الْعيْدُ لِمَنْ غَفَرَتْ لَهُ الذُّنُوْبُ

Artinya; “Bukanlah hari raya bagi orang yang memakai baju baru, melainkan hari raya bagi orang yang ketaatannya bertambah. Bukanlah hari raya bagi orang yang bersolek dengan pakaian dan kendaraan, melainkan hari raya bagi orang yang diampuni dosanya.”  

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah

Marilah kita renungkan sejenak makna dan hakikat Hari Raya ini. "Idul Fitri" berasal dari dua kata, "Id" yang berarti kembali dan "Fitri" yang berarti suci. Jadi, Idul Fitri dapat diartikan sebagai kembali kepada fitrah, kembali kepada kesucian.  

Fitrah yang dimaksud dalam Idul Fitri adalah kembali kepada kesucian dan kemurnian diri. Kesucian merupakan esensi dari Idul Fitri, momen suci bagi umat Islam untuk kembali fitrah. Kesucian ini bukan hanya tentang kebersihan fisik, tetapi juga kesucian jiwa dan hati.   

Lebih dari itu, Profesor Quraish Shihab dalam buku Membumikan Al-Qur’an mengatakan, kesucian adalah gabungan tiga unsur yang tak terpisahkan: benar, baik, dan indah.  

Maksud "benar" berarti sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku, baik norma agama, sosial, maupun hukum. Seseorang yang berpegang teguh pada kebenaran akan selalu bertindak adil dan jujur dalam setiap aspek kehidupannya.  

Sedangkan makna baik memiliki arti positif dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kebaikan mendorong manusia untuk saling membantu, mengasihi, dan menyebarkan kedamaian. Sementara itu, makna indah adalah sesuatu yang memancarkan estetika dan kesenangan. Keindahan tidak hanya terbatas pada bentuk fisik, tetapi juga keindahan hati dan perilaku.  

Dengan demikian, seseorang yang ber-idul fitri dalam arti kembali ke kesuciannya akan selalu berbuat yang indah, benar, dan baik. Ia akan menjadi pribadi yang adil, jujur, dan penuh kasih sayang. Ia juga akan menjadi pribadi yang membawa manfaat dan kebaikan bagi orang lain, serta memancarkan keindahan hati dan jiwa melalui akhlak mulianya. 

Halaman:

Editor: Rinaldi Asumsi Sultra

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah