Teks Khutbah Jumat 5 April 2024, Memanfaatkan Akhir Ramadhan dengan Baik

- 5 April 2024, 06:30 WIB
Ilustrasi Masjid
Ilustrasi Masjid /Pixabay/HansJuergenW

Banyak sekali amalan yang dapat dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan khatib mengimbau agar waktu berharga ini jangan terlewat begitu saja. Di antara amalan-amalan utama yang dapat dikerjakan adalah memperbanyak i’tikaf di masjid pada malam hari. Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Artinya, “Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beritikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan [dan kebiasaan ini berlanjut hingga] beliau wafat. Lalu istri-istri beliau beritikaf setelah beliau wafat." (HR. Bukhari).

Kebiasaan Rasulullah saw yang demikian juga merupakan bentuk upaya dan usaha beliau dalam menghidupkan hari-hari terakhir di malam bulan Ramadhan. Tingkat upaya dalam menghidupkan malam ala Rasulullah saw kian menuju akhir Ramadhan kian tinggi semangatnya dalam beribadah. Disebutkan dalam sebuah hadits:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.

Artinya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim)  

Al-Munawi dalam Faydhul Qadir menjelaskan perihal upaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sepuluh hari terakhir bukan sekadar bangun malam saja, akan tetapi mengisinya dengan ibadah yang lebih giat daripada malam-malam lainnya (Al-Munawi, Faydhul Qadir, [Mesir: al-Maktabah at-Tijjariyyah, 1356], jilid V, hal. 203).  

Selain itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya beribadah sendirian, akan tetapi beliau mengajak keluarganya untuk menghidupan malam-malam terakhir di bulan Ramadhan. Keterangan ini sebagaimana disampaikan oleh Zainab binti Salamah, istri Rasulullah:

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَقِيَ مِنْ رَمَضَانَ عَشْرَةُ أَيَّامٍ يَدَعُ أَحَدًا مِنْ أَهْلِهِ يُطِيقُ الْقِيَامَ إِلَّا أَقَامَهُ

Artinya, "Nabi Muhammad saw, ketika 10 hari terakhir bulan Ramadhan tiba, beliau tidak pernah membiarkan anggota keluarganya yang mampu untuk melakukan salat malam (qiyamul lail) untuk meninggalkannya. Beliau selalu mengajak mereka untuk bangun dan shalat." (Riwayat yang disampaikan oleh Zainab binti Salamah, dikutip oleh Ibnu hajar al-‘Asqallani dalam Fathul Bari) (Ibnu Hajar al-‘Asqallani, Fathul Bari, [Beirut: Darul Ma’rifah, 1379], jilid IV, hal. 269).

Halaman:

Editor: Rinaldi Asumsi Sultra

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah